Rabu, 27 Januari 2016

Berperang Melawan Sepi

Selalu saja orang-orang sibuk masing-masing.  Aku tahu bahwa aku sedang tak sendiri.  Aku sedang duduk di sebuah tempat makan bersama teman-temanku.  Tapi, mengapa semua seolah sepi.  Semua orang sibuk menunduk dan memainkan gadget mereka.  Apakah kecanggihan tekhnologi membuat manusia hanya tertunduk? Kota ini aku rasa akan mati apabila masih banyak yang tidak paham bagaimana caranya memanfaatkan gadget.  Apakah peran dari jaringan internet mampu begitu banyak menjawab pertanyaan?  Ataukah kita akan bertemu orang-orang menyenangkan disana?

Setelah kepergianmu yang entah kemana aku merasa begitu sepi.  Aku hanya bertemankan pada pena dan kertas.  Menceritakan memang membuatku begitu tenang tapi hati kecil hanya mau tercurah pada pena.  Pada tulisan-tulisan ku aku menceritakan dalam sepi.

Sejak kau meninggalkan aku, aku merasa segala sesuatu mendadak hening.  Walaupun kawanku bercanda sangat menggoyak perut.  Ya, seharusnya aku bisa tertawa.  Tapi, mulut ini masih enggan merekah.

Berada dalam sepi dan berpeluk rindu terasa lengkap menyertai malam-malamku.  Entah kenapa, dia seolah lupa akan apa yang telah terjadi.  Jika baginya mengesampingkan kenangan itu mudah, Namun bagiku itu begitu sulit.

Ingin rasanya berteriak sekencang-kencangnya agar kau tahu bagaimana tersiksanya diri ini ketika kamu pergi.  Aku bertanya, apa salah yang telah ku perbuat hingga membuatmu pergi? hanya maaf yang tersisa mungkin.

Awalnya aku mengenalmu aku menyangka bahwa kita akan menjadi sebuah paduan yang harmonis.  Kau dan aku saling melengkapi.  Seperti apa yang kita bicarakan dulu ya kan?  Namun, waktu mencoba membuktikan segalanya.  Lagi-lagi aku menyalahkan waktu.

Bukan waktu yang salah, tapi aku dan kamu yang membiarkan semuanya.  Lambat laun membiarkan segala sesuatunya menjadi hal yang lumrah.  Aku rasa sudah tak perlu lagi menyalahkan waktu.  Hakimi waktu hanya membuat semua seolah tanpa solusi dan akal pun tak berfungsi dalam menyelesaikan masalah.  Harusnya, ada hal aneh lagi yang kita lakukan.  Hal baru lagi.  Seperti halnya aku menganggapmu hal yang baru dan begitu menyenangkan.  Bukankah sesuatu yang baru selalu nampak lebih menarik?

Kesempatan dan harapan pasti ada untuk memperbaiki segalanya bukan?.  Semuanya bisa saja di lakukan asalkan kau mau membuka pintu dan menganggap ku tak se menyeramkan monster.  Aku tak akan menerkammu, percayalah.  Sudah ku buktikan kan ketulusanku kemarin? Walaupun, entahlah apa nilainya dimatamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar