Dari siang hujan telah turun. Air banyak bercerita disana. Matahari seolah tak ingin ikut campur dengan hujan. Dibiarkan saja langit itu berwarna abu. Ya, benar saja hari ini hujan tak hanya turun dari langit. Tapi, turun dari pelupuk mataku juga. Bagaimana tidak, senjaku sudah berbeda. Senja sudah tak ingin didiami lagi. Senja mungkin lagi ingin sendiri. Mulanya, ku anggap senja tak berarti. Tapi karena hidup sudah di takdirkan dinamis, senja sempat berarti.
Senja, diantara suka dan duka ia ada melengkapi. Duduk berdua dengan kaki bergantung. Menikmati senja dari pelataran tertinggi. Entah ada apa dengan senja. Mungkin ia bosan aku terus merindukan senja. Kali ini senja tak ingin ada yang menikmatinya.
Mungkin aku mengganggunya. Maafkan, kadang manusia itu sulit di kontrol ketika ia ada di atas. Aku selalu berharap senja tetap mengingatkanku apabila aku lupa akan daratan. Senja, bisa kah ku perbaiki keadaan? Aku berharap senja ada lagi. Kurasa tak ada yang sanggup bila tak memiliki senja di harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar