Berarti sudah 286 kali suara-suara itu dianggap samar.
Ini masih di Kota Bandung, kalau di depan istana sudah dua kali lipatnya.
Menuju akhir bulan Agustus, terdengar konflik yang menimpa keluarga kita. Yang berasal dari tanah Papua. Hal ini benar-benar menyedihkan. Mereka merasakan ketakutan di negerinya sendiri.
Hari itu, ada pertunjukan teater kecil-kecilan
Di muka Gedung Sate, di saksikan oleh Mahasiswa yang berasal dari Papua, dan diawasi oleh mata negara yang kita sebut Polisi.
Terimakasih Pak Polisi sudah membiarkan suara dan doa kami berhembus ke udara.
Membiarkan pelukan solidaritas hangat di sore itu.
Doa sore itu dipimpin oleh seorang pemuka agama nasrani.
Aku ikut berdoa bersama sore itu, kami sama-sama saling bergenggam tangan walaupun cara berdoa kami berbeda.
Seorang mace bertanya "Kenapa kamu tidak risih saat berdoa dipimpin dengan cara kami ?'
Aku hanya bisa menjawab "Mengapa aku harus berusaha lari jika cara yang di pakai bukan caraku. Kawan satu keyakinanmu dulu saja tidak berusaha lari saat pelajaran agama ku waktu di bangku sekolah dulu. Kita sama, hanya cara nya saja yang berbeda"
Sore itu mace peluk aku sambil menangis. Tenang, aku disini untuk mu. Jangan khawatir, kami paling depan menjagamu, saudara kami sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar